Perlu Cetak Biru untuk Situs Gunung Padang
Politikindonesia
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
meninjau langsung dan mendapatkan penjelasan mengenai apa yang dihasilkan dalam
penelitian mengenai situs megalitikum Gunung Padang. SBY meyakini, situs Gunung
Padang akan menjadi salah satu ikon sejarah, heritage, dan wisata terkenal di
Tanah Air.
Dalam kunjungannya ke situs
megalitik yang terletak di Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat, Selasa (25/2) siang, SBY menegaskan, ia akan mengambil suatu
posisi, keputusan, yang menjadi kebijakan untuk penelitian dan nantinya
pemugaran situs Gunung Padang itu, agar bisa dilaksanakan secara tuntas.
Negara memiliki kewajiban untuk
menuntaskan penelitian dan dilanjutkan dengan pemugaran situs purba Gunung
Padang itu. Yang perlu dilakukan adalah pengorganisasian kemudian
penetapan area penelitian dan pemugaran, pembagian tugas dan tanggung jawab,
anggaran dan logistik yang diperlukan, proteksi atau pengamanan ketika penelitian
atau pemugaran dilaksanakan, dan berbagai hal.
SBY meyakini situs purba
Gunung Padang akan menjadi salah satu ikon sejarah, heritage, dan wisata.
Karena itu, Kepala Negara meminta kepada menteri terkait, Gubernur Jawa Barat,
Bupati Cianjur, jajaran Kepolisian dan TNI, dan tentunya tim peneliti
untuk segera duduk bersama sehingga bisa ditetapkan rencana aksi yang definitif
yang naninya akan dituangkan dalam suatu kebijakan nasional yang
dijalankan bersama.
Mengenai besarnya perhatian
peneliti mancanegara terhadap situs ini, Presiden SBY mengatakan,
karena hal ini adalah luar biasa untuk mereka. Apalagi, situs ini
dikaitkan dengan situs serupa di banyak negara di Amerika Latin, Timur Tengah,
Eropa, Tiongkok, dan lain-lain.
Untuk itu, Presiden SBY
mengingatkan, perlunya kita memiliki terlebih dahulu rencana, kebijakan, dan
konsep, yang tertuang dalam blue print, road
map, dan rencana aksi.
“Ini tentu suatu yang luar biasa
di mata mereka. Saya berprinsip dan berpendapat kita buat dulu cetak biru.
Kemudian, kalau mereka ingin datang, menyaksikan atau apapun, semua itu setelah
kita punya blue print dan rencana aksi,"
ujar SBY.
Presiden mengatakan, keterlibatan
pihak asing dalam penelitian, sejauh membawa manfaat, sah-sah saja. Namun, ia
mengingatkan, hendaknya prioritas ditujukan kepada putra-putri bangsa. Karena
situs ini sudah lama diketahui publik, menjadi tanggung jawab peneiliti untuk
melakukan pemugaran sampai tuntas.
“The
sooner the better. Sudah lama ini diketahui publik, mereka ini
melihat hasil akhir dari penelitian dan Insya Allah pemugaran nanti. Jangan
hanya business as usual, melainkan harus
ada percepatan-percepatan, dan tentunya dengan tidak menghilangkan
kehati-hatian,” ujar Presiden SBY.
Diakui Kepala Negara, ini memerlukan
bukan hanya keterampilan yang tinggi, instrumen yang tepat, pengalaman dan jam
terbang yang tinggi pula, tapi juga koordinasi, kolaborasi di antara berbagai
disiplin ilmu yang melaksanakan penelitian dan nantinya pemugaran situs Gunung
Padang ini.
Mudah-mudahan dalam 1-2 bulan ini
maksimal, sudah bisa kita tetapkan (kebijakannya). Kemudian, kita lakukan
penelitian lanjutan dan nanti pemugaran," ujar Presiden.
Presiden SBY meminta dukungan
dari semua pihak, termasuk masyarakat lokal, untuk bersama-sama
menyukseskan apa yang tengah dilakukan dalam penelitian dan rencana pemugaran
situs purba Gunung Padang itu. “Lanjutkan tugas, pemerintah akan back up penuh
dan beri bantuan-bantuan yang diperlukan,” tandas SBY.
Sekedar informasi Tim Terpadu
Riset Mandiri merupakan kelanjutan dari Tim Katasrofi Purba yang pembentukannya
diinisiasi Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief,
pada awal 2011 lalu.
Tim katastrofi purba ini
melakukan riset untuk meneliti aktifitas sesar aktif Cimandiri yang melintas
dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang melewati Gunung Padang. Ketika tim
melakukan survei bawah permukaan Gunung Padang, ditemukan sejumlah anomali dan
kejanggalan. Diketahui digunung padang tidak ada intrusi magma.
Kemudian tim peneliti melakukan
survei bawah permukaan Gunung Padang secara lebih lengkap dengan metodologi
geofisika, yakni geolistrik, georadar, dan geomagnet di kawasan Situs tersebut.
Hasilnya, tim menemukan indikasi meyakinkan bahwa Gunung Padang sebuah bukit
yang dibuat atau dibentuk oleh manusia (man-made).
Kelanjutan riset pada November
2011, membuat tim yang dipimpin oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja dan terdiri
dari pakar kebumian ini semakin meyakini bahwa Gunung Padang dibuat oleh
manusia masa lampau yang pernah hidup di wilayah itu.
Hasil survei dan penelitian
kemudian dipresentasikan pada berbagai pertemuan ilmiah baik di tingkat
nasional maupun internasional, bahkan mendapat apresiasi dari Prof. Dr.
Oppenheimer.
Dari penelitian awal ini, Staf
Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana menginisiasi
pembentukan tim peneliti yang lebih lengkap yang difokuskan untuk melakukan
studi lanjutan di Gunung Padang, dimana para anggota peneliti diperluas dan
melibatkan berbagai bidang disiplin ilmu dan berbagai keahlian. Tim ini
dinamakan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM).
Dalam tim ini bergabung sejumlah
pakar. Sebut saja Dr. Ali Akbar seorang peneliti prasejarah dari Universitas
Indonesia, yang memimpin penelitian bidang arkeologi. Kemudian Pon Purajatnika,
M.Sc., memimpin penelitian bidang arsitektur dan kewilayahan, Dr. Budianto
Ontowirjo memimpin penelitian sipil struktur, dan Dr. Andang Bachtiar seorang
pakar paleosedimentologi, memimpin penelitian pada lapisan-lapisan sedimen di
Gunung Padang.
Dari penelitian TTRM didapat
fakta, struktur punden berundak tersebut tidak hanya ada puncak seperti yang
selama ini diperkirakan, tapi meliputi badan bukit setinggi 100 meter dengan
luas 15 hektar, bahkan mungkin lebih besar lagi.
Punden berundak ini mirip Situs
Machu Pichu di Peru. Yang lebih fantastis, struktur bangunan tidak hanya di
(dekat) permukaan tapi berlapis‐lapis sampai puluhan meter di bawah tanah yang
dibangun secara bertahap dari zaman ke zaman. Umur‐umur lapisan sudah
diperkirakan berdasarkan analisa karbon dating.
TTRM meyakini, Gunung Padang
berpotensi menjadi situs zaman pra‐sejarah terpenting di dunia, yang menjadi
saksi sejarah timbul dan tenggelamnya peradaban sejak zaman es. Keberadaan
situs ini sekaligus pembuktian terhadap hipotesis bahwa bencana katastrofi
dapat me‐reset populasi dan peradaban manusia seperti halnya bencana banjir
Nabi Nuh dalam Kitab‐kitab suci.
Selain akan menjadi bukti
sejarah, hasil riset sementara TTRM juga menyimpulkan bahwa ruang bawah tanah
Gunung Padang menjadi saksi sejarah timbul dan tenggelamnya peradaban sejak
zaman es.
(aan/rin/kap)
0 komentar:
Posting Komentar